Menunjang Pelaksanaan WOC 2009
Oleh Jimi Pinangkaan SE MSi*
MINAHASA dikenal tidak hanya memiliki pemandangan yang eksotis dengan danau, pegunungan dan pantai menjadikan Minahasa menjadi salah satu destinasi yang sangat menarik bagi wisatawan untuk berkunjung dalam rangka tamasya atau bisnis, namun tanah Toar Lumimuut menyimpan beragam budaya yang memiliki nilai jual yang tinggi, peninggalan seni dan budaya yang dipadukan dalam seni tari menghasilkan berbagai tarian tradisional dan kreasi Minahasa yang menarik untuk ditonton. Dalam rangka “World Ocean Conference (WOC) 2009” di Manado, pesona yang ditawarkan tarian Minahasa sangat menjanjikan. Daya tarik wisata tarian Minahasa mampu menarik wisatawan mancanegara maupun nusantara untuk datang mengenal dan menikmati berbagai objek wisata dan fasilitas penunjang pariwisata di daerah ini, hingga wisatawan dapat tinggal lebih lama di daerah Nyiur Melambai. Pendapatan Asli Daerah meningkat dan sanggup memberikan dampak domino terhadap berbagai sektor di Sulawesi Utara.
Dari tahun ke tahun perkembangan tarian di Minahasa mengalami perkembangan yang luar biasa di bawah kepemimpinan Bupati Minahasa Drs S Vreeke Runtu, Maengket yang merupakan tari tradisional Minahasa dari zaman dahulu kala sampai saat ini masih berkembang. Tari ini sudah ada di tanah Minahasa sejak rakyat Minahasa mengenal pertanian terutama saat menanam padi di ladang. Kalau dahulu nenek moyang Minahasa memainkan tarian ini pada waktu panen padi dengan gerakan-gerakan yang hanya sederhana, namun sekarang tarian Maengket telah berkembang teristimewa bentuk dan tarinya tanpa meninggalkan keasliannya terutama syair/sastra lagunya. Tari Maengket adalah perpaduan gerak tari dan nyanyian yang saat ini kian populer bagi Tou Minahasa dari anak-anak hingga dewasa. Tarian yang terdiri dari tiga babak yaitu; Maoweykamberu, Marambak dan Lalayaan saat ini selalu menjadi bagian dalam suatu rangkaian kegiatan yang dilaksanakan, sepertinya sudah menjadi keharusan dalam suatu acara atau ceremonial tertentu atau bagaikan masakan tanpa garam apabila tidak diwarnai dengan pertunjukan tarian daerah Minahasa.
Sesuatu yang sangat menggembirakan sebab sekian banyak sanggar seni yang ada bisa merasakan permintaan yang tinggi untuk mengadakan pentas tari-tarian Minahasa, dahulu mereka hanya merasakan nilai ekonomis yang kurang pantas terhadap atraksi yang mereka suguhkan namun seiring dengan peningkatan pertunjukan kesenian ditandai dengan permintaan yang tinggi maka otomatis hukum ekonomi berlaku kepada para pelaku seni, benar-benar saat ini mereka mulai merasakan apresiasi yang tinggi terhadap upaya untuk melestarikan budaya Minahasa melalui pembentukan sanggar-sanggar kesenian, nilai rupiah dari setiap tarian yang dipentaskan dapat dirasakan oleh semua komponen sanggar dari pelatih, pemain musik dan para penari tentunya, hal ini tentu sangat menunjang agenda internasional WOC 2009 di mana para participants dan pendukung acara akbar ini akan datang dari berbagai penjuru dunia dan mereka haus akan berbagai atraksi wisata, dan di antaranya adalah tarian Minahasa. Suatu pertanyaan yang besar yakni siapkah para pelaku seni yang ada di daerah ini menampilkan sesuatu yang attracted sehingga dapat memberikan kesan yang dalam terhadap tarian Minahasa? Sehingga siapa saja yang menonton dan merasa puas pasti akan memberi tahu tentang Sulawesi Utara lebih dari satu orang. Sejauh ini berbagai upaya pengelolaan kelompok-kelompok kesenian kian professional, ini ditandai dengan pentas kesenian Minahasa yang dilaksanakan tidak hanya di daerah namun di wilayah nusantara, bahkan ke luar negeri, hal ini juga ditunjang oleh pemerintah, ini menunjukkan adanya trend peningkatan yang signifikan. Peran pihak swasta dan perorangan yang akhir-akhir ini gencar mengadakan berbagai lomba, pelatihan, pertunjukan dalam berbagai variasi bentuk kegiatannya, tentunya hal ini diupayakan guna pelestarian budaya yang saat ini semakin terkikis dengan pengaruh globalisasi.
Beberapa tim kesenian yang ada di Sulawesi Utara bahkan mengharumkan Sulawesi Utara melalui pergelaran kesenian tarian Minahasa, di antaranya yang dilakukan oleh Tim Kesenian Ikatan Waraney Wulan Minahasa bersama Gubernur Provinsi Sulawesi Utara, Drs SH Sarundajang, yang tampil memukau pada Gala Dinner Coral Triangle Inisiative (CTI) Melia Hotel, Nusa Dua Bali, pada 6 Desember 2007 dan selanjutnya pentas kepada peserta UNFCCC 7 Desember 2007, Tim Kesenian IWWM mendapat kehormatan tampil mempesona di panggung utama tempat penyelenggaraan Konvensi Kerangka Kerja PBB tentang perubahan Iklim (United Nation Framework Convention on Climate Change) UNFCCC, Plaza Westin Hotel Nusa Dua Bali. Pergelaran kesenian Minahasa ini menyedot perhatian ratusan peserta Conference of Parties (CoP) ke-13 di Bali. Banyak yang berdiri memotret, mengambil gambar dan beberapa kali memberi applaus.
Pesona tarian tradisional kreasi di Minahasa di antaranya adalah tari Lenso, tari ini merupakan tari pergaulan muda-mudi rakyat Minahasa. Tarian ini menceritakan bagaimana seorang pemuda Minahasa mencari jodohnya atau calon istri. Dalam tarian ini, yang menjadi perantara adalah lenso atau selendang. Pada saat si pemuda mau melamar sang gadis dengan memberikan lenso atau selendang pada sang gadis. Apabila lenso atau selendang di buang oleh sang gadis berarti lamarannya ditolak, sebaliknya jika lenso atau selendang diterima oleh sang gadis berarti cintanya diterima. Selain itu ada juga tari Katrili yang menurut legenda rakyat Minahasa, adalah salah satu tari yang dibawa oleh Bangsa Spanyol pada waktu mereka datang dengan maksud untuk membeli hasil bumi yang ada di tanah Minahasa. Karena mendapatkan hasil yang banyak, mereka menari-nari tarian Katrili. Lama-kelamaan mereka mengundang seluruh rakyat Minahasa yang akan menjual hasil bumi mereka dengan menari bersama-sama sambil mengikuti irama musik dan aba-aba. Ternyata tarian ini boleh juga dibawakan pada waktu acara pesta perkawinan di tanah Minahasa. Sekembalinya Bangsa Spanyol ke negaranya dengan membawa hasil bumi yang dibeli di Minahasa, maka tarian ini sudah mulai digemari rakyat Minahasa pada umumnya. Tari Katrili termasuk tari modern yang sifatnya kerakyatan, setiap wisatawan nusantara maupun mancanegara yang berkunjung ke Sulawesi Utara seringkali disuguhi tarian ini dan berpartisipasi menari bersama para penari Katrili, selain tarian di atas ada sekian banyak tari tradisional Minahasa maupun kreasi lainnya, di Tim Kesenian Ikatan Waraney Wulan Minahasa memiliki koleksi sekitar 20 jenis tarian Minahasa.
Philip Kotler dalam bukunya Marketing Management 11th Edition memperkenalkan seperangkat alat pemasaran yang digunakan perusahaan dalam hal ini kepada para pelaku seni untuk terus menerus mencapai tujuan pemasarannya di pasar sasaran yakni “Bauran pemasaran” Marketing Mix, McCarthy mengklasifikasikan alat-alat itu menjadi empat kelompok yang luas yang disebut 4P dalam pemasaran: Produk (Product), Harga (Price), Tempat (Place) dan Promosi (Promotion). Untuk menjadikan atraksi tarian marketable para pelaku seni tari dapat menggunakan strategi bauran pemasaran ini, produk dalam bentuk tarian harus memiliki keragaman tarian, kualitas, design, bagaimana tarian dikemas semenarik mungkin, dan variabel lainnya. Harga yang kompetitif dan menekan cost namun tetap profitable. Dari segi tempat, pemerintah sangat diharapkan mempersiapkan tempat-tempat pergelaran kesenian yang representatif dan lokasi yang strategis mempermudah wisatawan nusantara dan mancanegara untuk menonton. Dan tentunya promosi harus ditingkatkan melalui berbagai media baik cetak, elektronik dan periklanan, bahkan pemasaran langsung (direct marketing) strategi promosi ini sangat efektif karena langsung memperkenalkan Sulawesi Utara melalui pergelaran kesenian Minahasa di nusantara maupun mancanegara, ketika orang tertarik menikmati pertunjukan kesenian, diharapkan mereka akan berkunjung ke Sulawesi Utara untuk berwisata atau berbisnis, pesona tarian Minahasa ini dapat menjadi trigger orang mengunjungi Sulawesi Utara, sehingga length of stay meningkat, lebih banyak uang tertinggal di Sulawesi Utara, untuk itu diharapkan profesionalitas semua sanggar/tim kesenian di Sulawesi Utara untuk menebar pesona atraksi wisata melalui tarian Minahasa guna menunjang pelaksanaan WOC 2009.(#/*)
*Pegawai Dinas Pariwisata & Budaya Kabupaten Minahasa dan Sekretaris Ikatan Waraney Wulan Minahasa