24 Januari 2008

Kawangkoan, Strategis dan Simpan Banyak Potensi

Oleh Frans Wowiling
(Mantan Kasubdit Lembaga Komunikasi Masyarakat Kota Direktorat Jarkomsos Depkominfo Jakarta)

TANAH Toar Lumimuut dikenal sebagai bumi Nyiur Melambai, hal ini karena hasil kopranya yang pernah menjadi primadona produk ekspor Sulut ke mancanegara. Itulah tanah Minahasa di ujung utara Provinsi Sulawesi Utara. Kini Kabupaten Minahasa yang telah berusia 579 tahun semakin semarak dengan berbagai even kegiatan untuk berbenah bangun Minahasa.
Kabupaten Minahasa yang tadinya cuma satu wilayah pemerintahan yang cukup luas, sekarang telah berubah menjadi beberapa wilayah pemekaran daerah tingkat dua antara lain Bitung, Minahasa Selatan, Tomohon, Minahasa Utara dan terakhir Minahasa Tenggara. Kalau dicermati lebih jauh perlu pula di sektor /wilayah tengah mendapatkan porsi pengembangan pemerintahan, seperti contoh di sekitar Kota Kawangkoan yang sangat strategis dilihat dari segi geografis berada ‘’di tengah-tengah tanah Minahasa’’, (puser in tana Minahasa). Apalagi di seputar wilayah Kawangkoan tersebar objek-objek wisata yang cukup mempesona dan potensial.
Objek Wisata //Sub
Kota Kawangkoan yang berada di titik sentral Tanah Minahasa memang menjadi sangat strategis dalam hal transportasi ke berbagai arah seperti antara lain ke arah utara menuju Tomohon-Manado, Selatan ke Minahasa Tenggara, ke barat Amurang Minahasa Selatan, dan ke timur ke Remboken-Tondano. Dan di sekitar Kawangkoan terdapat situs sejarah purbakala maupun objek wisata rohani yang dibangun di era baru dan sangat mempesona menjadi tujuan wisata budaya. Situs purba di antaranya Watu Pinawetengan, yang disebut sebagai batu pembagian karena kira-kira abad ke-7 para Tonaas berkumpul (orang kuat= pemimpin masyarakat adat) untuk membagi wilayah mukim 4 subetnis Minahasa mula-mula (Tountemboan, Tombulu, Toulour dan Tonsea). Objek Watu Pinawetengan berlokasi di dataran tinggi seputar Gunung Soputan dan Rindengan tepatnya di atas Desa Pinabetengan Kecamatan Tompaso besar (1200 m di atas permukaan laut).
Selain itu di seputar wilayah Kawangkoan tersebar beberapa objek wisata selain Watu Pinawetengan, yaitu lubang perlindungan tentara Jepang saat perang Asia Timur Raya yang berjumlah 50 kamar di atas Sungai Maasem sebelah barat Kota Kawangkoan yang di dekatnya mengalir air panas mengandung b0elerang. Sedangkan objek wisata religi yang dibangun di era 2002 oleh Gubernur Sulut AJ Sondakh bernama Bukit Kasih dimana terdapat prasasti Salib setinggi 40 meter berada di Gunung Rindengan di atas Desa Kanonang Kecamatan Kawangkoan. Objek lainnya arah selatan Kawangkoan adalah arena pacuan kuda Tompaso II yang dikelilingi stable-stable kuda pacu tepatnya berada di kaki bukit Emung. Objek berikutnya adalah sumber air panas di arah timur Desa Kinali Kawangkoan yang menjadi sumber air konsumsi masyarakat Kawangkoan dan sekaligus tempat pemandian air panas.
Potensi //Sub
Potensi objek wisata di atas merupakan modal utama bagi Kecamatan Kawangkoan untuk memacu pengembangan kota, apalagi ditunjang dengan posisi strategis di tengah tanah Minahasa. Tersedianya beragam potensi objek wisata yang tersebar di seputar Kawangkoan kalau dikelola lebih baik lagi (oleh investor) dan atau pemda maka lambat laun perkembangan kota semakin strategis dan potensial. Oleh sebab itu bila kemauan baik bersama antara pemerintah dan masyarakatnya dapat diupayakan lebih kreatif lagi, maka tidak mustahil kota ‘’kacang–biapong’’ sebutan popular Kawangkoan pasti menjadi kota yang akan jadi besar dalam pengembangan pemerintahan dan pariwisata. Sesuai arti kata Kawangkoan berasal dari kata ‘’wangko’’ (besar). Memang Kota Kawangkoan kalau ingin jadi besar seperti kota-kota lain maka sebaiknya perlu dicanangkan suatu tekad yaitu: kerja keras, kreatif, dinamis, dan siap hadapi tantangan, membuka diri bagi siapa saja terutama masuknya investor demi untuk meningkatkan potensi ekonomi rakyat Kawangkoan yang dikenal dengan tibo-tibo (pedagang kecil) di samping pengembangan ekonomi pariwisata lebih luas lagi baik di wilayah tengah Minahasa maupun Minahasa dan Sulut pada umumnya, apalagi menyongsong penyelenggaraan WOC yang nantinya menjadi mercusuar bagi kejayaan Sulut di tingkat nasional maupun forum internasional. Sehubungan dengan itu Kawangkoan dan Minahasa Tengah perlu berbenah diri.
Mencermati hal di atas maka hal lain yang terkait erat dengan pengembangan potensi ekonomi dan pariwisata (yang dicanangkan oleh pemerintah provinsi) adalah pengembangan seni budaya Minahasa, seperti yang telah diupayakan dan diprakarsai oleh seorang sosok tou Minahasa kelahiran Magelang Kombes Pol Benny Mamoto yang salam kurun waktu tiga tahun berturut-turut telah banyak berbuat untuk mendorong penggalian seni budaya Minahasa pada khususnya maupun Sulut pada umumnya. Lebih hebat lagi dalam berbagai pergelaran acara selalu menciptakan rekor yang fantastis sehingga masuk dalam standar MURI. Niat mulia ini perlu disokong oleh setiap insan Tou Minahasa agar hasil budaya masa lalu nenek moyang Minahasa tidak akan punah bahkan akan mencuat dikenal dunia.
Lebih jauh tentang Minahasa yang seakan telah ‘’terpecah-pecah’’ (pemekaran wilayah pemerintahan), namun pada 7-07-2007 kembali pada tekad Matuari Maesaan yang digelar panitia festival seni budaya yang digagas Benny Mamoto sebagai upaya positif Tou Kawanua memperkuat persatuan dan kesatuan (Maesaan) orang Minahasa yang pergelarannya di Watu Pinawetengan, sangat penting mendapat apresiasi/suport semua elemen masyarakat.
Kota Kawangkoan yang cuma berjarak 45 km dari Manado di samping berhawa sejuk berada 700m di atas permukaan laut dengan penataan ruang kota yang tertata baik sejak dahulu berdiri, layaknya seperti super blok dimana terdapat banyak perempatan jalan. Sehingga untuk akses jalan ke berbagai lokasi sangat mudah, baik ke arah selatan, utara, timur, dan barat. Posisi inilah yang dapat dikatakan sangat strategis dalam berbagai akses untuk pengembangan pemerintahan dan potensi ekonomi lebih luas lagi termasuk pariwisata dan seni budaya pada khususnya.
Harapan //Sub
Semoga Kawangkoan sesuai namanya akan jadi besar (wangko) untuk menjadi penyangga di posisi sentral atau tengah-tengahnya tanah Minahasa dan menjadi harapan alternatif pusatnya pengembangan berbagai potensi Minahasa. Kecamatan Kawangkoan yang saat ini (data Februari 2007) berpenduduk lebih dari 25.000 jiwa dengan 13 keluarahan/desa. Diperkirakan dapat diperluas menjadi dua kecamatan dengan pemekaran kelurahan/desa menjadi sekitar 22 desa. Jika Kecamatan Sonder dan Tompaso besar bergabung maka sangat berpotensi untuk menjadi suatu kawasan strategis pengembangan ekonomi dan seni budaya di wilayah tengah Minahasa. Akankah hal ini dapat diwujudkan menjadi Minahasa Tengah?
Sebagaimana kita ketahui 18 Desember 2007 Kabupaten Minahasa Induk usai melakukan satu even yang bernuansa politik yaitu Pilkada calon bupati dan wakil bupati. Menjadi harapan dari masyarakat Kawangkoan khususnya dan Minahasa Tengah (Tompaso, Kawangkoan, Sonder) pada umumnya bila komitmen dan janji iman peserta Pilkada jadi pasti terealisir, seperti komentar kontestan pasangan ROR-SOK, SVR-JWS, GTI-HOM ketika dimintai komitmennya tentang Minahasa Tengah '‘aspirasi masyarakat Minahasa Tengah pasti akan terealisir, kalau masyarakat ikut berpartisipasi memilih saya, maka kebijakan dan program yang telah disusun sebelumnya di antaranya tuntutan Minahasa Tengah pasti menjadi kenyataan’’.
Torang tunggu jo semoga sukses kemauan bersama/aspirasi masyarakat Minahasa Tengah dapat diakomodir dan direalisir oleh bupati dan wakil bupati terpilih masa jabatan 2008-2013.#